Jumat, 05 September 2014

Op-Amp


Operational Amplifier (Op-Amp)
Operational Amplifier adalah penguat linier yang biasanya dikemas di dalam
suatu IC (Integrated Circuit). Satu IC bisa berisi satu atau empat Op-Amp
biasanya. Operational amplifier merupakan penguat analog yang cukup baik
karena memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Memiliki gain open loop yang sangat tinggi : A = 100.000
2. Tahanan input yang sangat tinggi : Rin> 1 M_
3. Tahanan output yang sangat rendah : Rout = 50 – 70 ohm
Karakteristik ini memudahkan perancangan misalnya kita dapat membuat
penguat dengan gain open loop yang tinggi dan stabil antara 1 sampai 1000
atau lebih. Sedangkan keuntungan dari tahanan input yang sangat tinggi
adalah Op-Amp menyita arus yang sangat kecil sehingga tidak membebani
rangkaian yang dihubungkan ke input Op-Amp. Sedangkan tahanan output
yang besar berarti Op-Amp dapat menggerakan beban tanpa terbebani.
Tapi Op-amp adalah penguat sinyal bukan penguat daya sehingga tidak dapat
langsung dihubungkan ke beban dengan arus yang besar seperti loudspeaker
atau motor secara langsung.

Gambar 3.1.
Gambar 3.1. memperlihatkan simbol dari Op-amp yang terdiri dari dua
tegangan input (V1 dan V2) serta satu tegangan output (Vout). Selain itu
diperlihatkan juga dua daya masukan (Vsupply). Pada Op-amp tidak ada
32
ground. Tegangan output dapat berkisar sampai 80% dari tegangan input.
Hampir semua Op-Amp adalah penguat diffrensial artinya keluaranya
merupakan perkalian dari selisih tegangan input seperti yang dituliskan pada
persamaan di bawah ini
Vout = A (V2 – V1)
A adalah gain open loop
V1 = inverting input
V2 = non inverting input
Gain open loop adalah gain (penguat) dari Op-Amp sebelum dihubungkan
dengan rangkaian tambahan besarnya sekitar 100.000 atau lebih. Sedangkan
non inverting input adalah tegangan input yang sefasa dengan keluaran. Jika
non inverting input positif maka keluaran akan menjadi positif. Sebaliknya
terjadi pada inverting input. Tetapi secara serempak input dari Op-Amp hanya
satu tegangan yaitu selisih dari V1-V2 pada persamaan tadi.
Bisa juga memang kalau kita ingin memasang satu input saja pada Op-Amp,
misalanya bila kita menginginkan output dari Op-Amp sefasa dengan input
maka kita dapat menghubungkan Input non inverting dengan tegangan input
(Vin) dan input non inverting dengan ground (Gambar 3.2a). Jika ingin
outputnya berlawanan fasa yaitu saat input negatif maka outputnya positif
maka dapat dilakukan cara pada gambar 3.2 b

Gambar 3.2 Input tunggal
Banyak jenis Op-Amp yang ada dipasaran misalnya jenis general purpose,
wide-bandwidth, low noise dan high frequency. Tapi untuk pengaturan
biasanya penguat sinyal cukup menggunakan Op-Amp 741 (MC741) seperti
yang diperlihatkan pada datasheet di gambar 3.3. Disamping pin untuk
tegangan input dan tegangan output terdapat juga dua pin yang disebut offset
null, kegunaan dari offset nul ini adalah seperti yang ditunjukkan pada gambar
3.3 adalah untuk mengatur tegangan output naik atau turun agar bisa
menghilangkan tegangan offset DC. Tegangan offset DC adalah tegangan kecil
DC yang terjadi pada tegangan output saat selisih tegangan input nol.
Seharusnya tegangan output juga nol, maka offset null ini digunakan untuk
menolkan tegangan output.
Kalau melihat datasheet pada gambar 3.3. tertulis gain voltage adalah 50-200
V/mV. Ini berarti bila input yang masuk 1 mV maka keluaran dari Op-Amp
sebesar 50V atau sebesar penguatan 50.000. Op-Amp 741 merupakan Op-
Amp versi lama yang masih dipakai di laboratorium, sekarang ini sudah
banyak tipe-tipe lain yang lebih canggih dan lebih baru misalnya LF355,
LM308, LF411. LF411 memiliki tegangan input yang sangat tinggi dan tanpa
tegangan offset. Hampir semua pengkondisi sinyal dapat dibuat dari Op-Amp.
Voltage Follower (Pengikut Tegangan)
Rangkaian Voltage Follower berguna untuk meningkat arus tanpa mengubah
tegangannya. Digunakan untuk mengubah sinyal berimpedansi tinggi (mudah
terbebani) menjadi sinyal berimpedansi rendah (sukar terbebani) yang kokoh
(robust). Gain tegangannya 1.

Gambar 3.4. Voltage Follower
Rin adalah tahananan yang sangat besar dan Rout adalah tahananan yang
sangat kecil. Kembali ke persamaan awal saat Vout sama dengan V1 maka
persamaan awal menjadi :
Vout = A(V2-Vout) sehingga bila Vout yang dicari maka persamaan menjadi

dengan V2 adalah Vin jadi Vout = Vin. Gambar 3.5a memperlihatkan sensor yang
mengalami beban turun saat dihubungkan dengan pengatur (controller)
sehingga tegangan yang diterima pengatur lebih rendah. Sedangkan Gambar
3.5c memperlihatkan pemasangan voltage follower yang menyebabkan tidak
adanya pembebanan turun.


Gambar 3.5. Pemasangan voltage follower untuk mencegah tegangan drop
Inverting Amplifier (Penguat Inverting)
Penguat inverting adalah penguat yang paling sering digunakan.
Rangkaiannya hanya memerlukan dua tahanan yaitu Ri dan Rf. Saat tegangan
input positif masuk hasilnya akan dikuatkan tetapi dengan fasa yang berbeda
yaitu menjadi negatif.

Gambar 3.6. Penguat Inverting
Semua arus Iin hanya melewati Ri dan Iin besarnya sama dengan If. Dengan
hukum kirchoff dapat dicari persamaan tegangan keluaran sebagai berikut:
Vout = -(Rf/Ri) Vin
Non Inverting Amplifier (Penguat non inverting)
Penguat noninverting mirip dengan penguat inverting tetapi fasa dari
tegangan input akan sama dengan fasa tegangan output. Biasanya penguat
non inverting lebih sering dipakai saat dihubungkan dengan pengatur.

Gambar 3.7. Penguat Non inverting
Hubungan antara tegangan output dan tegangan input dinyatakan dengan
persamaan ini

Summing Amplifier (Penjumlah)
Summing Amplifier digunakan sebagai penjumlah tegangan. Summing
amplifier dapat digunakan untuk menjumlah tegangan dari beberapa sumber
yang memiliki arus yang berbeda. Menjumlahkan ini tidak mudah, bila kita
menghubungkan tiga kabel biasa dengan tegangan 1 V, 2 V dan 4 Volt
Gambar 3.8.b hasilnya tidak 7 Volt karena tergantung dari kabel yang
memiliki tahanan terkecil, mungkin antara 1 – 4 Volt

Gambar 3.8 ilustrasi penjumlahan tegangan


Gambar 3.9. Summing Amplifier
Persamaan tegangan keluaran ditentukan sebagai berikut:


Misalkan sebuah air conditioning akan dinyalakan jika jumlah tegangan dari
sensor temperatur dan kelembaban (humadity) lebih dari 1 V. Tetapi air
conditioning memiliki batas tegangan minimum 5 Volt untuk meng-on kannya
maka dibuat rangkaian yang terdiri dari summing amplifier dan penguat
inverting seperti gambar di bawah ini (Gambar 3.10)


Gambar 3.10 Penyalaan Air conditioning (AC) dengan bantuan summing
amplifier dan penguat inverting
Differential Amplifier
Differential Amplifier merupakan amplifier yang digunakan untuk mencari
selisih tegangan dari dua sinyal yang masuk. Persamaan tegangan outputnya
dinyatakan sebagai berikut:


Tegangan Output merupakan tegangan tunggal yang mengacu pada ground
biasanya disebut single-ended-voltage

Gambar 3.11. Differential Amplifier
Instrumentation Amplifier
Instrumentation Amplifier adalah jenis Differential Amplifier yang pada
inputnya dihubungkan dengan sebuah voltage follower. Kegunaan dari voltage
follower ini adalah : (1) meningkatkan tahanan input sehingga sumber
(seperti sensor) tidak mengalami beban turun (2) membuat kedua tahanan
input sama (3) Penguatan tidak ditentukan oleh tahanan dari sumber

Gambar 3.12 Instrumentation Amplifier
Salah satu contoh adalah instrumentation amplifier dari Burr-Brown PGA204
yang gainnya dapat diatur menggunakan input digital, jenis ini disebut
programmable gain instrumentation amplifier (Gambar 3.14)
Integrator Amplifier dan Differentiator Amplifier
Op-Amp dapat digunakan sebagai integrator maupun sebagai differensiator
dari suatu bentuk gelombang. Biasanya digunakan pada pengatur analog.

Gambar 3.13. Integrator Amplifier
Gambar 3.14. Data Sheet Instrumentation Amplifier dari Burr-Brown PGA 204
Pada integrator amplifier tegangan outputnya berupa luas dari di bawah
bentuk gelombang dari sinyal input seperti yang ditunjukkan pada gambar
3.15. Sedangkan sebagai differensiator amplifier, tegangan output sebanding
dengan laju dari perubahan (kemiringan) tegangan input

Gambar 3.15 Hasil keluaran dari integrator amplifier

Gambar 3.16 Differentiator Amplifier